Jumat, 21 Januari 2011

Konsep Bekerja Menurut Pandangan Islam

a

A.     Kerja dan Kebutuhan Hidup
Robert Maltus menyatakan bahwa pertambahan penduduk seperti deret ukur, sementara pertambahan makanan (kebutuhan hidup manusia) hanya seperti deret hitung. Teori ini menunjukkan adanya kesenjangan antara pertumbuhan manusia dengan ketersediaan kebutuhan pokok khususnya makanan.[1]
Persoalan mulai muncul ketika jumlah penduduk bertambah dan alam tidak lagi mempu menyediakan kebutuhan hidup manusia, kalaupun ada, kebutuhan tersebut tidak cukup memedai sehingga manusiapun berupaya untuk memproduksinya sendiri.
Pada zaman dahulu defenisi kerja hanya dipahami sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti pangan, sandang dan papan. Akan tetapi, pada zaman modern defenisi kerja mengalami perubahan sehingga manusia memiliki beberapa tujuan kerja seperti:
1.    Memanuhi kebutuhan primer seperti makan, minum, rumah dan pakaian.
2.    Memenuhi kebutuhan sekunder seperti rekreasi, memiliki barang-barang mewah, kesehatan dan pendidikan.
3.    Memenuhi kebutuhan tertier seperti ingin gengsi, terlihat mewah, aksesoris-aksesoris dan lain-lain.
4.    Meneguhkan jati diri sebagai manusia.[2]
Dari keempat tujuan tersebut, tampaknya tujuan yang terakhir perlu mendapatkan penjelasan sedikit. Pada masa modern, bekerja bukan lagi persoalan hidup atau mati, tetapi sudah menyangkut tentang harga diri. Ukuran martabat manusia akan dilihat dari apakah ia telah memliki pekerjaan atau tidak. Selanjutnya apakah pekerjaan yang digelutinya?.[3]  Bagi orang yang belum memiliki pekerjaan akan merasa dirinya belum lengkap. Ia akan menjadi rendah diri menjadi gelar “Pengangguran”.
Pergeseran makna kerja tersebut, mungkin dipengaruhi oleh konsep kerja pola kapitalisme yang mempunyai akar asumsi, manusia mempunyai kewajiban untuk memanfaatkan alam dengan menguasai alam dengan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi agar sumber kekayaan alam menajdi barang komoditi yang secara ekonomis menguntungkan, maka upaya meraih keuntungan ekonomi tidak lagi dilihat sebagai imbalan kerja melainkan menjadi tujuan kerja itu sendiri.
Dengan kata lain, kerja harus mendapatkan keuntungan  terlepas dari bagaimana cara yang dilakukan untuk memperolehnya.[4] Damapak yang paling parah adalah manusia menjadi serakah, kerja tidak lagi hanya sekedar mencari eksistensi diri yang menuntutnya untuk menunjukkan kualitas kerja, tetapi semata-mata dilakukan untuk memburu kauntungan ekonominya saja.

B.      Pengaruh Agama Terhadap Kerja

Islam adalah agama yang lengkap, di dalamnya terdapat tata aturan dalam berbagai aspek kehidupan umat manusia. Dengan demikian Islam menjadi sentral landasan setiap sikap dan tindakan seorang muslim, seperti yang dikemukakan oleh Yusuf Qardawi sebagai berikut :

Islam harus merupakan pedoman di seluruh lapangan kehidupan material dan spritual. Aqidah masyarakat harus Islami, begitu juga semboyan hidupnya, paham dan pemikirannya, demikian halnya dengan perasaan, akhlaq, pendidikan, tradisi, tata susila, undang-undang dan peraturannya. Seluruhnya harus Islami, berdasarkan ajaran-ajaran Islam.[5]

            Keharusan Islam sebagai landasan berpijak dalam segala segi kehi-dupan merupakan suatu hal yang mutlak bila kita menginginkan ridho Allah, termasuk dalam kehidupan dunia. Isyarat ke arah tersebut banyak dijumpai dalam Al-Qur’an maupun hadits Nabi. Di dalam Al-Qur’an surat Al-Qashos ayat 77:
Æ÷tGö/$#ur !$yJÏù š9t?#uä ª!$# u#¤$!$# notÅzFy$# ( Ÿwur š[Ys? y7t7ŠÅÁtR šÆÏB $u÷R9$# ( `Å¡ômr&ur !$yJŸ2 z`|¡ômr& ª!$# šøs9Î) ( Ÿwur Æ÷ö7s? yŠ$|¡xÿø9$# Îû ÇÚöF{$# ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä tûïÏÅ¡øÿßJø9$# ÇÐÐÈ  
Artinya :
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi, dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.[6]  

            Ayat di atas merupakan anjuran untuk menyeimbangkan antara kebahagiaan akhirat, namun jangan melupakannya dan mau berusaha untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia, sehingga tidak akan mengabaikan diantara salah satunya.
Di dalam sejarah Islam sebenarnya telah banyak terlihat betapa agama menjadi indikasi dalam berusaha. Nabi sendiri telah memperlihatkan kemam-puan yang luar biasa di dalam berdagang terutama setelah kawin dengan Khadijah.[7]
            Hal yang sama juga dilakukan oleh para Khalifah, misalnya Usman bin Affan, selain sebagai Khalifah yang adil dan berhasil dalam berdagang. Demikian juga pada fase-fase selanjutnya khususnya periode Dinasti Abbasi-yah (Khalifah Al-Ma’mun) telah gigih dalam memajukan Islam, salah satunya adalah dengan mengembangkan penterjemahan buku-buku Islami ke dalam bahasa Arab.[8] Gerakan tersebut pada masa-masa selanjutnya memberikan pengaruh yang cukup besar di dalam kebangkitan dan kejayaan Islam.
            Hal di atas menunjukkan bahwa sejak masa Rasul, periode Khulafaur-rasidin dan periode Abbasiyah, bahwa agama benar-benar telah memberikan motivasi yang besar dalam membangkitkan atau meningkatkan semangat kerja umat Islam. Seandainya semangat kerja umat Islam dahulu tidak demikian tinggi-nya, maka kemungkinan umat Islam akan tetap menjadi umat Islam yang  ter-tindas dan terbelakang.

C.      kerja Menurut Tuntutan Islam
Islam menjadikan kerja sebagai tuntutan fardu atas semua umatnya selaras dengan dasar persamaan yang diisytiharkan oleh Islam bagi menghapuskan sistem yang membeza-bezakan manusia mengikut darjat atau kasta dan warna kulit. Firman Allah:
$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Z9$# $¯RÎ) /ä3»oYø)n=yz `ÏiB 9x.sŒ 4Ós\Ré&ur öNä3»oYù=yèy_ur $\/qãèä© Ÿ@ͬ!$t7s%ur (#þqèùu$yètGÏ9 4 ¨bÎ) ö/ä3tBtò2r& yYÏã «!$# öNä39s)ø?r& 4 ¨bÎ) ©!$# îLìÎ=tã ׎Î7yz ÇÊÌÈ  
"Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu daripada lelaki dan perempuan dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan berpuak-puak supava kamu berkenal-kenalan. Sesungguhnya orang yang termulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang taqwa." (al-Hujurat: 13)
Dengan menggunakan segala unsur-unsur perbedaan derajat atau warna kulit itu maka jadilah kerja menurut Islam suatu tuntutan kewajiban yang menyeluruh atas setiap orang yang mampu bekerja untuk mencapai kebahagiaan individu dan juga masyarakat. Jadi tidaklah kerja itu hanya khusus untuk golongan hamba abdi seperti sebelumnya.
Firman Allah:
È@è%ur (#qè=yJôã$# uŽz|¡sù ª!$# ö/ä3n=uHxå ¼ã&è!qßuur tbqãZÏB÷sßJø9$#ur ( šcrŠuŽäIyur 4n<Î) ÉOÎ=»tã É=øtóø9$# Íoy»pk¤9$#ur /ä3ã¥Îm7t^ãsù $yJÎ/ ÷LäêZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÊÉÎÈ  
"Dan katakanlah wahai Muhammad, beramallah kamu akan segala apa yang diperintahkan, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang beriman akan melihat apa yang kamu kerjakan." (al-Taubah: 105)

Islam juga meningkatkan tuntutan kerja itu hingga ke tahap kewajiban agama. Oleh karena itu, tahap iman sentiasa dikaitkan oleh al-Quran dengan amal soleh atau perbuatan baik. Ini berarti Islam itu adalah akidah yang mesti diamalkan dan amalan yang mesti berakidah secara tidak terpisah. Seperti firman Allah:
ÎŽóÇyèø9$#ur ÇÊÈ   ¨bÎ) z`»|¡SM}$# Å"s9 AŽô£äz ÇËÈ   žwÎ) tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# (#öq|¹#uqs?ur Èd,ysø9$$Î/ (#öq|¹#uqs?ur ÎŽö9¢Á9$$Î/ ÇÌÈ  
"Demi masa, sesungguhnya sekalian manusia dalam kerugian kecuali mereka yang beriman dan beramal soleh". (al-Asr: 1-3)

D.     Kerja Sebagai Sumber Nilai
Islam menjadikan kerja sebagai sumber nilai insan dan ukuran yang tanggungjawabnya berbeda. Firman Allah:
br&ur }§øŠ©9 Ç`»|¡SM~Ï9 žwÎ) $tB 4Ótëy ÇÌÒÈ  
"Dan bahawa sesungguhnya tidak ada balasan bagi seseorang itu melainkan balasan apa yang diusahakan". (al-Najm: 39)

Firman-Nya lagi:
9e@à6Ï9ur ×M»y_uyŠ $£JÏiB (#qè=ÏJtã 4 $tBur š/u @@Ïÿ»tóÎ/ $£Jtã šcqè=yJ÷ètƒ ÇÊÌËÈ  
"Dan bagi tiap-tiap seseorang beberapa derajat tingkatan balasan disebabkan amal yang mereka kerjakan dan ingatlah Tuhan itu tidak lalai dari apa yang mereka lakukan". (al-An'am: 132).
Kerja sebagai sumber nilai manusia bererti manusia itu sendiri menentukan nilai atau harga ke atas sesuatu perkara itu. Sesuatu perkara itu pada zatnya tidak ada apa-apa nilai kecuali kerana nisbahnya kepada apa yang dikerjakan oleh manusia bagi menghasil, membuat, mengedar atau menggunakannya. Kerja juga merupakan sumber yang objektif bagi penilai prestasi manusia berasaskan segi kelayakan. Oleh yang demikian Islam menentukan ukuran dan syarat-syarat kelayakan dan juga syarat-syarat kegiatan bagi menentukan suatu pekerjaan atau jawatan itu supaya dapat dinilai prestasi kerja seseorang itu. Dengan cara ini, Islam dapat menyingkirkan perasaan pilih kasih dalam menilai prestasi seseorang sama ada segi sosial, ekonomi dan politik.

E.      Kerja Sebagai Sumber Pencarian
Islam mewajibkan setiap umatnya bekerja untuk mencari rezeki dan pendapatan bagi menyara hidupnya. Islam memberi berbagai-bagai kemudahan hidup dan jalan-jalan mendapatkan rezeki di bumi Allah yang penuh dengan segala nikmat ini. Firman-Nya:
÷Lài»oY÷è©Üs%ur Îû ÇÚöF{$# $VJtBé& ( ÞOßg÷YÏiB šcqßsÎ=»¢Á9$# öNåk÷]ÏBur tbrߊ šÏ9ºsŒ ( Nßg»tRöqn=t/ur ÏM»oY|¡ysø9$$Î/ ÏN$t«Íh¡¡9$#ur öNßg¯=yès9 tbqãèÅ_ötƒ ÇÊÏÑÈ  
"Dan sesungguhnya Kami telah menetapkan kamu (dan memberi kuasa) di bumi dan Kami jadikan untuk kamu padanya (berbagai-bagai jalan) penghidupan." (al-A'raf: 168)

Dan firman-Nya lagi:
uqèd Ï%©!$# Ÿ@yèy_ ãNä3s9 uÚöF{$# Zwqä9sŒ (#qà±øB$$sù Îû $pkÈ:Ï.$uZtB (#qè=ä.ur `ÏB ¾ÏmÏ%øÍh ( Ïmøs9Î)ur âqà±Y9$# ÇÊÎÈ  
"Dialah yang menjadikan bumi bagi kamu mudah digunakan, maka berjalanlah di merata-rata ceruk rantaunnya, serta makanlah dari rezeki yang dikurniakan Allah dan kepada-Nya jualah dibangkitkan hidup semula." (al-Mulk: 15)

Islam memerintahkan umatnya mencari rezeki yang halal kerana pekerjaan itu adalah bagi memelihara marwah dan kehormatan manusia. Firman Allah:
$ygƒr'¯»tƒ â¨$¨Z9$# (#qè=ä. $£JÏB Îû ÇÚöF{$# Wx»n=ym $Y7ÍhsÛ Ÿwur (#qãèÎ6®Ks? ÏNºuqäÜäz Ç`»sÜø¤±9$# 4 ¼çm¯RÎ) öNä3s9 Arßtã îûüÎ7B ÇÊÏÑÈ  
“Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (al-Baqarah: 168)

Sabda Nabi (s.a.w) bermaksud:
"Mencari kerja halal itu wajib atas setiap orang Islam."
Oleh yang demikian Islam mencela kerja meminta-minta atau mengharapkan pertolongan orang lain kerana ianya boleh merendahkan harga diri atau maruah. Dalam sebuah hadis Rasulullah (s.a.w) bermaksud:
"Bahawa sesungguhnya seseorang kamu pergi mengambil seutas tali kemudian mengikat seberkas kayu api lalu menjualnya hingga dengan sebab itu ia dapat memelihara harga dirinya, adalah lebih baik daripada ia pergi meminta-minta kepada orang sama ada mereka rnemberinya atau menolaknya."

F.       Kerja Sebagai Asas Kemajuan Umat
Islam mewajibkan kerja untuk tujuan mendapatkan mata pencarian hidup dan secara langsung mendorongkan kepada kemajuan sosioekonomi. Islam mengambil perhatian yang bersungguh-sungguh terhadap kemajuan umat, kerana itu ia sangat menekankan kemajuan di peringkat masyarakat dengan menggalakkan berbagai kegiatan ekonomi yang sama di sekitar pertanian, perusahaan dan perniagaan. Dalam hadis Rasulullah (s.a.w) sangat kelihatan dorongan ke arah kemajuan ekonomi di sektor tersebut, sebagai contoh:
1. Di bidang Pertanian
Sabda Rasulullah s.a.w bermaksud:
"Tidaklah seseorang mukmin itu menyemai akan semaian atau menanam tanaman lalu dimakan oleh burung atau manusia melainkan ianya adalah menjadi sedekah".
2. Di bidang Perusahaan
Sabda Rasulullah s.a.w. bermaksud:
"Sebaik usaha ialah usaha seorang pengusaha apabila ia bersifat jujur dan nasihat- menasihati.
3. Di bidang Perniagaan
Rasulullah (s.a.w) pernah meletakkan para peniaga yang jujur dan amanah kepada kedudukan yang sejajar dengan para wali, orang-orang yang benar, para syuhada' dan orang-orang soleh dengan sabda bermaksud:
"Peniaga yang jujur adalah bersama para wali, orang-orang siddiqin, para syuhada' dan orang-orang soleh".
Baginda juga menyatakan bahawa sembilan persepuluh daripada rezeki itu adalah pada perniagaan.

G.     Islam Menolak Pengangguran
Islam menuntut umatnya bekerja secara yang disyariatkan atau dibenarkan menurut syarak untuk menjamin kebaikan bersama dengan menghindarkan dari meminta-minta dan sebaliknya hendaklah berdikari. Islam sentiasa memandang berat dan menyeru umatnya untuk bekerja dan berusaha mencari rezeki. Rasulullah bersabda:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « الْمُؤْمِنُ الْقَوِىُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِى كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَىْءٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ أَنِّى فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا. وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ ». (رواه مسلم)

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah SAW., bersabda : "Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada  seorang mukmin yang lemah. Dan masing-masing ada kebaikannya. Bersunguh-sungguhlah mengerjakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirimu, dan mohonlah pertolongan kepada Allah, dan janganlah lemah !. Kalau anda tertimpa sesuatu, janganlah anda mengatakan : "seandainya saya berbuat begini mungkin hasilnya seperti ini atau begitu, tetapi katakanlah : apa yang telah ditentukan Allah dan apa yang dikehendakinya pasti akan terjadi. Karena ucapan seandainya itu akan memberi jalan bagi setan. (H.R. Muslim)
Rasulullah saw memberi pesan kepada kita tentang Konsep bekerja (ber'amal):
1.      Bekerja professional terhadap sesuatu pekerjaan yang bermanfaat. Manfaat yang dimaksud tentunya manfaat dunia dan akhirat, karena sesudah selesainya kehidupan didunia akan ada lagi kehidupan diakhirat, dan baik buruknya kualitas kehidupan di akhirat ditentukan oleh perbuatan manusia itu ketika hidup didunia.
2.      Selalu berdo'a kepada Allah minta pertolongan dan keberhasilan terhadap apa yang sedang di kerjakan, karena akhir daripada semua pekerjaan adalah Allah yang menentukan, manusia hanya berusaha. "Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana". (Q.S. 76:30)
3.      Jangan lemah. Terus bekerja, semangat Konsep jangan mundur terhadap halangan dan rintangan yang dihadapi.
4.      Jika pekerjaan tersebut telah maksimal dikerjakan sesuai dengan poin pertama, kedua dan ketiga ternyata hasilnya belum seperti apa yang diharapkan, maka Rasulullah saw perpesan agar jangan mengatakan : seandainya dulu saya tidak berbuat begini mungkin hasilnya tidak seperti ini, tapi katakanlah : apa yang telah ditentukan Allah dan apa yang dikehendakinya pasti akan terjadi. Karena ketika mengucapkan seandainya maka pada saat itu kita membuka jalan bagi setan untuk masuk kadalam hati kita, dan setan itu akan mengganggu pikiran. Akhirnya seseorang terkadang tidak mampu menghadapi kenyataan hidup yang ia hadapi.

Dari hadis tersebut Islam melarang dan mencegah umatnya meminta-minta dan menganggur. Baginda sering mengarahkan orang yang datang meminta, supaya mereka bekerja umpamanya, suatu ketika seorang fakir datang meminta-minta kepada baginda lalu baginda bertanya: "Adakah anda memiliki sesuatu?" "Tidak", kata lelaki itu. Baginda bertanya lagi dengan bersungguh-sungguh, lalu lelaki itu menjawab: "Saya ada sehelai hamparan yang separuhnya kami jadikan alas duduk dan separuhnya lagi kami buat selimut dan ada sebuah mangkuk yang kami gunakan untuk minum".Maka baginda bersabda kepadanya: "Bawakan kedua-dua benda itu kepada saya". Lalu dibawanya kedua-dua barang itu, kemudian Nabi tunjukkan barang itu kepada orang yang berada di sisi baginda kalau ada yang hendak membelinya. Akhirnya baginda dapat menjualnya dengan harga dua dirham dan diberikan uang tersebut kepada lelaki itu sambil baginda berkata: "Belilah makanan untuk keluargamu dengan satu dirham manakala satu dirham lagi belikanlah sebilah kapak". Kemudian Rasulullah (s.a.w) meminta lelaki itu datang lagi, lalu lelaki itupun datang dan baginda telah membubuhkan hulu kapak itu dan menyuruh lelaki itu pergi mencari kayu api sambil baginda mengatakan kepada lelaki itu supaya lelaki itu tidak akan berjumpa lagi dalam masa 15 hari. Lelaki itu pergi dan kembali lagi selepas 15 hari sambil membawa datang 10 dirham, lalu ia berkata: "Wahai Rasulullah, Allah telah memberkati saya pada kerja yang tuan suruh saya itu." Maka baginda Rasulullah (s.a.w) bersabda: "Itu adalah lebih baik daripada anda datang pada hari kiamat kelak sedang pada muka anda bertanda kerana meminta-minta.
Berdasarkan kepada banyak hadis mengenai perkara ini, para ulama membuat kesimpulan bahawa larangan meminta-minta itu bukanlah sekadar perintah bersifat akhlak saja, bahkan orang yang menjadikan kerja meminta-minta itu sebagai "profesion", hendaklah dikenakan hukuman.

H.     Kesimpulan
Berdasarkan kepada keterangan ayat-ayat al-Quran dan hadis Rasulullah (s.a.w) dengan uraian-uraian seperti yang disebutkan dapatlah dibuat kesimpulan bahawa Islam sangat menganjurkan terhadap "kerja" dengan menjelaskan konsep kerja itu dan kedudukannya yang tinggi dalam ajaran Islam. Ringkasnya, kita dapat simpulkan seperti berikut:
kerja menurut konsep Islam adalah segala yang dilakukan oleh manusia yang meliputi kerja untuk dunia dan kerja untuk akhirat.
Kerja untuk kehidupan dunia sama ada yang bercorak aqli/mental (white collar job) atau bercorak jasmani (blue collar job) adalah dipandang sama penting dan mulia di sisi Islam asal sahaja dibolehkan oleh syarak.
Islam mewajibkan kerja ke atas seluruh umatnya tanpa mengira darjat, keturunan atau warna kulit, kerana seluruh umat manusia adalah sama di sisi Allah, melainkan kerana taqwanya.
Masyarakat Islam adalah sama-sama bertanggungjawab dan bekerjasama melalui kerja masing-masing. Berdasarkan kebolehan dan kelayakan serta kelayakan bidang masing-masing kerana segala kerja mereka adalah bersumberkan iman dan bertujuan melaksanakan amal soleh.
Kerja adalah asas penilaian manusia dan tanggungjawab yang diberikan kepadanya sebagai khalifah Allah dan hamba-Nya untuk memakmurkan bumi ini dan sekaligus pula beribadat kepada Allah, Tuhan Pencipta alam.
Kerja merupakan cara yang tabi'i untuk manusia mencari nafkah bagi menyara hidup dan keluarga melalui berbagai sektor pekerjaan dan perusahaan yang sedia terbuka peluangnya dengan persediaan dan kemudahan alam yang Allah sediakan di atas muka bumi ini.
Islam melarang/menolak pengangguran kerana ia akan mendedahkan kepada kelemahan dan kefakiran dan jatuhnya maruah diri/ummah, kerana Islam menghendaki setiap umatnya bermaruah dan berdikari, tidak meminta-minta dan berharap kepada bantuan dan belas kasihan orang lain, bahkan sebaliknya hendaklah menjadi umat yang kuat dan mampu membela mereka yang lemah dan tertindas agar seluruh manusia menikmati keadilan dan rahmat yang dibawa oleh Islam sebagai agama atau "ad-Din" yang tertinggi dan mengatasi seluruh kepercayaan dan ideologi manusia. Firman Allah S.W.T bermaksud: "Dialah Allah yang mengutuskan Rasul-Nya (Muhammad) dengan membawa petunjuk dan agama yang benar (Islam) supaya ia meninggikan atas segala agama yang lain, walaupun orang musyrik membencinya".


[1]Dr. Nur Ahmad Fadhil Lubis & Azhari Akmal Tarigan, Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2002), h. 105.
[2]Redi Panuju, Etika Bisnis: Tujuan Empiris dan Kiat Mengembangkan Bisnis Sehat, (Jakarta: Grasindo, 1990), h. 81-82.
[3]Ibid.,
[4]Ibid, h. 88.
[5]Yusuf Qardawi, Pedoman Idiologi Islam, Terj., (Bandung; Gema Risalah Press, 1995), h. 55.
[6]Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta; PT. Bumi Restu, 1982), h. 623.
[7]Philip K. Hitti, History of The Arabs, (London; The Macmilan Press, Ltd, 1974), h. 112.
[8]Effat Al Sarkawi, Filsafat Kebudayaan Islam, judul asli: Falsafah Al Hadarah  Al Islamiyah, Terj. Ahmad Rofilsamami, (Bandung; Pustaka ITB, 1993), h. 84.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar